Dunia pendidikan Indonesia tidak sepi dari kritikan dan teguran. Selain pelaksanaan kebijakan kurikulum pendidikan yang masih pelik, mahalnya biaya pendidikan sampai buruknya kualitas pendidikan Indonesia yang masih menjadi pembicaraan seluruh warga negara Indonesia.
Pendidikan yang ada di Indonesia telah melenceng dari tujuan rancangan pendiri negara dan bangsa indonesia. Pendidikan yang semula dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara seperti yang termaktup pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, namun kini tujuan tersebut telah melenceng jauh dari tujuan dengan terbukti banyak lembaga pendidikan yang dijadikan lahan bisnis untuk mencari keuntungan dan laba.
Selama puluhan tahun, pendidikan hanya dijadikan alat untuk mengindroktrinasi idiologi menurut kepentingan penguasa. Terlebih parahnya lagi sebagian besar guru dan dosen yang bertugas memberi pelajaran dan mentranspormasikan ilmu dan pengetahuan telah berpihan pada penguasa, untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai instansi yang menghasilkan laba dan keuntungan.
Pendidikan padaa saat ini juga dijadikan lahan untuk mencari uang, hal ini terjadi di lembaga pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi dimana banayak bisnis buku pelajaran, seragam sekolah, biaya keterampilan serta pungutan-pungutan lain yang dapat membebani anak didik.
Undang-undang badan hukum pendidikan (BHP) yang akhir-akhir ini menjadi perhatian di tingkat akademika pendidikan, merupakan sebuah polemik usaha untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai lahan bisnis dan mencari laba. Dengan diberlakukannya BHP di setiap lembaga pendidikan di Indonesia, lambat laun biaya pendidikan akan semakin mahal dan tak terjangkau bagi masyarakat miskin yang sekarang telah mencapai 30,1%.
Mau dibawa kemana pendidikan kita sekarang? Beginilah potret buram pendidikan indonesia. Masalah kualitas pendidikan, Indonesia masih berada dibawah negara-negara tetangga sepeti Malaysia, Tailan, Singapura dan vietnam. Yang lebih parah lagi Indonesia termasuk negara yang paling banyak masyarakatnya buda aksaranya setelah Cina, Hal ini menurut laporan monitoring global program Education For All (EFA) UNISCO 2008.
Masalah-masalah diatas masih berada pada sekitar proses pendidikan dan aplikasi dalam penerapan akademika, masih ada permasalahan lain yang menjadi pertanyaan besar bagi pemegang kebijakan tertinggi dinegara ini mengenai, hasil lulusan akademika indonesia yang belum bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk kesejahtraan seluruh rakyat indonesia,.
Anak didik dan ilmuan-ilmuan bangsa Indonesia belum mampu memanfaatkan ilmu yang mereka dapatkan untuk mengelola kekayaan alam Indonesia. Perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di setiap penjuru nusantara, bukanlah milik bangsa kita melainkan milk para investor yang mempunyai cukup modal dan teknologi yang modern. Anak didik Indonesia hanya ditempatkan pada posisi pekerja kasar yang hanya dibayar menurut kemampuan skil dan tenaga yang dikeluarkan dalam proses perusahaan tersebut.
Setiap tahun perguruan tinggi diseluruh tanah air telah meluluskan beribu-ribu anak didik menurut bidang dan jurusan yang mereka tekuni. Kurikulum yang berbasis teori dan praktek telah diprogramkan pada setiap perguruan tinggi yang terkenal dengan sebutan tridarma perguruan tinggi, untuk menjawab tantangan pekerjaan yang semakin keras. Anak didik Indonesia selalu didoktrin dan dihegemoni dengan teori-teori kapitalis tentang tujuan pendidikan hanya sekedar mencari pekerjaan dan kejayaan dalam hidup.
Ketika tujuan pendidikan bukan lagi untuk mencerdaskan kehhidupan bangsa melainkan hanya dititik beratkan pada wilayah pencarian pekerjaan, maka yang akan terjadi, anak didik Indonesia hanya menjadi pekerja-pekerja bagi pemilik modal. Perguruan tinggi yang seharusnya terfokus pada pengembangan keilmuan dan skil untuk diaplikasikan dalam mengelola kekayaan alam Indonesia, namun kini perguruan tinggi menjadi tempat memproduksi tenaga kerja.
Di dalam perjuangan bangsa Indonesia, pendidikan berfungsi mendukung proses kemerdekaan. Pikiran itu berkembang setelah timbul kesadaran bahwa kolonialisme mungkin bertahan bukan hanya karena keserakahan dan kejahatan penguasa kolonial, tapi juga karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan rakyat untuk melawan. Namun kini pendidikan berfungsi untuk mendukung kejayaan penjajahan gaya baru (kaum kapitalis) untuk tetap bertahan di indonesia dengan bukti anak didik indonesia hanya menjadi pekerja-pekerja kaum bermodal.
Keadaan pendidikan indonesia dalam masalah besar yang takterbantahkan lagi. Proses pendidikan yang perlu pembenahan dari berbagai segi, baik kebijakan dan perundang-undangan yang memihak rakyat, meluruskan kembali tujuan pendidikan yang selama ini telah jauh melenceng, bersihkan dunia pendidikan indonesia dari komersialisasi laba serta pengablikasian program pemerintah yang adil, merata dan bermutu.
sumber:http://persma.com/baca/2009/10/16/tujuan-pendidikan-indonesia-telah-terlapau-jauh-melenceng.html